Monday, April 25, 2016

LTE Peak Data Rate Calculation

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai perhitungan LTE peak data rate. Perhitungan tersebut untuk mengetahui kecepatan data tertinggi yang dihasilkan oleh eNodeB. Diperlukan asumsi-asumsi ideal untuk mendapatkan hasil maksimal, seperti jumlah user yang mengakses network LTE diasumsikan hanya 1 user atau single user dengan mendapatkan kondisi RF yang ideal, sehingga dimungkinkan eNodeB menggunakan modulasi tertinggi yaitu 64QAM, kemudian memanfaatkan teknologi MIMO 4x4. Sekali lagi, ini merupakan perhitungan yang bersifat teori, sebagai pendekatan untuk memperkirakan kapasitas maksimal suatu eNodeB. Mungkin kita masih ingat pada materi Pengantar Teknologi 4G LTE dimana dijelaskan tentang evolusi Cellular Network yang memungkinkan meningkatkan data rate. Berikut peak data rate yang dijanjikan oleh LTE dibandingkan dengan teknologi sebelumnya (2G & 3G):

Gambar 1. Peak Data Rate 2G, 3G, dan 4G

Dari gambar diatas terlihat bahwa LTE menjanjikan peak data rate sebesar 300 Mbps lebih, yang diperoleh dari LTE yang menggunakan beberapa parameter sebagai berikut:
  • Bandwidth 20 MHz,
  • Modulasi 64QAM
  • Antena MIMO 4x4
  • Handset minimal Cat 5
Bandwidth 20 Mhz memiliki Resource Block (RB) sebesar 100 RB, seperti pada tabel berikut:


Tabel 1. Bandwidth vs Resource Block (RB)


Seperti pernah dibahas dalam artikel terdahulu tentang Resource Block , bahwa bagian terkecil suatu Resource Block (RB) adalah Resource Element (RE). Dalam satu RB terdapat 84 RE pada periode 0,5 ms. Berarti dalam periode TTI (Time  Transmission Interval) = 1 ms terdapat 168 RE atau 168 symbol OFDM, atau 168 bit/ms.

Maka, Peak Data Rate untuk 20 MHz adalah:
Peak Data Rate = Jumlah symbol OFDM (bit)/ms x jumlah RB (20 MHz) x MIMO (4x4) x 64QAM  x Code Rate x efektivitas RB (75%) setelah dikurangi overhead signalling (25%).

Peak Data rate = 168 bit/ms x 100 x 4 x 6 x 1 x 0.75 x 1000 ms/s = 302400000 bit/s = 302,4 Mbps

Secara teori, Peak Data Rate yang diperoleh sebesar 302,4 Mbps, namun kondisi terkini jarang sekali menggunakan 20 MHz, karena implementasi yang dimungkinkan terutama untuk outdoor coverage adalah 10 Mhz. Sebagian site indoor menggunakan bandwidth 15 MHz. Begitu juga dengan antena MIMO, yang terimplementasi saat ini adalah MIMO 2 x 2 saja.

Berikut perhitungan Peak Data Rate dengan BW sebesar 20 MHz, dan MIMO antenna 2 x 2 :

Peak Data rate = 168 bit/ms x 100 x 2 x 6 x 1 x 0.75 x 1000 ms/s = 151200000 bit/s = 151,2 Mbps


Berikut perhitungan Peak Data Rate dengan BW sebesar 15 MHz, dan MIMO antenna 2 x 2 :

Peak Data rate = 168 bit/ms x 75 x 2 x 6 x 1 x 0.75 x 1000 ms/s = 113400000 bit/s = 113,24 Mbps


Berikut perhitungan Peak Data Rate dengan BW sebesar 10 MHz, dan MIMO antenna 2 x 2 :

Peak Data rate = 168 bit/ms x 50 x 2 x 6 x 1 x 0.75 x 1000 ms/s = 75600000 bit/s = 75,6 Mbps



Berikut perhitungan Peak Data Rate dengan BW sebesar 5 MHz, dan MIMO antenna 2 x 2 :

Peak Data rate = 168 bit/ms x 15 x 2 x 6 x 1 x 0.75 x 1000 ms/s = 37800000 bit/s = 37,8 Mbps


Berikut perhitungan Peak Data Rate dengan BW sebesar 3 MHz, dan MIMO antenna 2 x 2 :

Peak Data rate = 168 bit/ms x 25 x 2 x 6 x 1 x 0.75 x 1000 ms/s = 37800000 bit/s = 22,68 Mbps


Berikut perhitungan Peak Data Rate dengan BW sebesar 1,4 MHz, dan MIMO antenna 2 x 2 :

Peak Data rate = 168 bit/ms x 25 x 2 x 6 x 1 x 0.75 x 1000 ms/s = 37800000 bit/s = 9,07 Mbps


Berdasarkan perhitungan diatas bahwa, faktor Bandwidth menjadi sangat menentukan karena terkait jumlah Resource Block. Berikut resume Peak Data Rate dengan berbagai faktor BW:


Tabel 2. Peak data rate 

Demikian, silahkan di click artikel terkait dibawah ini

                                                                                                                                                         

Pengantar Teknologi 4G LTE 
Radio Interface LTE
Arsitektur LTE

OFDMA dan SC-FDMA
MIMO-Multiple Input Multiple Output
Physical Layer
MODULASI
Resource Block
LTE RF Measurement
Coverage Planning
Opsi Spektrum Untuk LTE
Kapabilitas User Equipment (UE)
Mobility LTE - Idle Mode
Mobility LTE - Dedicated Mode
Pengukuran Performansi LTE
Pengukuran Performansi LTE - Bagian 2
Pengukuran Performansi LTE - Bagian 3
Deployment Optimization Process
LTE Capacity Monitoring
LTE Capacity Monitoring - Bagian 2
Opini Tentang Teknologi 4G LTE
Perspektif Kemerdekaan pada Teknologi ICT
Physical Layer Part-2
4G LTE REVOLUSI DIGITAL
LTE Quality of Service
Reference Signal                                                                                                                                                  

Friday, January 1, 2016

Happy New Year, Happy 4G LTE



Gemerlapnya warna-warni dan aneka rupa bentuk kembang api yang bertebaran di langit yang diringi suara terompet yang tanpa henti bersautan, menandai penggantian tahun 2015 ke 2016. Tahun yang harus disikapi dengan optimisme tinggi untuk meraih sesuatu yang lebih baik dari tahun kemarin.

Moment pergantian tahun menjadi moment yang paling ditunggu-tunggu banyak orang dengan berbagai motivasinya. Namun begitu muaranya tetap sama, yaitu berkumpul disatu titik bersama dengan orang-orang terdekat, sambil menunggu pergantian tahun yang diiringi kembang api dan terompet. Berkumpul disatu titik atau area akan mengakibatkan terjadinya crowded area yang bisa berpotensi negatif maupun positif, tergantung dari sisi mana melihatnya. 

Bagi dunia bisnis, apapun itu bisnisnya, crowded area dipandang sebagai peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Ungkapan follow the people follow the money merupakan hal yang masuk akal. Hal tersebut berlaku juga buat bisnis telekomunikasi. Penyelenggara telekomunikasi berpandangan bahwa crowded area merupakan tantangan sekaligus peluang. Tantangan karena, moment tersebut menjadi pembuktian kehandalan services yang diberikan kepada para pelanggan setianya. Sehingga jauh-jauh hari harus dilakukan persiapan yan maksimal aga bisa memberikan layanan yang exelence. Peluang karena potensi grab revenue akan sangat besar dengan banyaknya pelanggan yang berada di crowded area tersebut.

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, isu kapasitas menjadi isu utama dalam hal memberikan layanan telekomunikasi. Berbagai metode dengan dukungan teknologi terbaru telah dilakukan untuk mengantisipasi isu kapasitas tersebut. Saat pergantian tahun di 2014 ke 2015 yang lalu, teknologi 3G masih menjadi andalan, dengan konsep multi carrier-nya yang mampu menambah kapasitas, selain didukung dengan perangkat temporary BTS yg banyak disebar di crowded area. Hasilnya cukup membantu, meskipun tetap masih adanya limitasi user serta isu inteference pada teknologi 3G.

New temporary BTS: SLAMT (Simple Light Attachable Mobile Transceiver) 

Pergantian tahun 2015 ke 2016 terasa spesial karena ada tambahan amunisi yang dianggap mampu mengantisipasi isu kapasitas, yaitu diimplementasikannya 4G LTE plus didukung temporary BTS yang juga terpasang 4G LTE. Seiring dengan telah dikomersialkan, serta dilanjut dengan peresmian teknologi 4G LTE sebagai pendukung penggerak ekomomi digital, 4G LTE semakin menunjukan eksistensinya. Ini dibuktikan saat pergantian tahun yang baru saja kita lewati, ketika teknologi 2G & 3G tidak bisa lagi menampung jumlah user, 4G LTE masih mampu memberikan layanan prima. Beberapa catatan user experience di lokasi menunjukan dalam kondisi puncak crowded area, 4G LTE masih bisa memberikan service dengan baik, dimana ketika network 2G dan 3G sudah stuck. Namun memang perlu dicek lebih dalam lagi, sebenarnya seberapa banyak user yg sudah benar-benar memakai handset yang sudah mendukung 4G. Kalau memang masih sedikit, sangat disayangkan berarti network 4G LTE belum ter-utilize dengan optimal. 

sumber: tim blusukan Siaga Tahun Baru

Sebagai evaluasi kedepan diperlukan data user profile utk memastikan seberapa besar pemakai 4G LTE di crowded area tersebut. Dengan begitu, agar bisa diatur strategi bagaimana mensinkronkan antara pertumbuhan network 4G LTE yang sudah digelar di banyak tempat, dengan pertumbuhan handset yang sudah mendukung 4G LTE. Masih banyak peluang untuk untuk menggeber pertumbuhan tersebut, apalagi dengan dukunga produsen handset yang sudah banyak menawarkan harga low end, tinggal bagaimana mengemasnya agar lebih menarik calon pelanggan. peluang masih terbuka lebar...

Selamat tahun baru, semoga tahun ini lebih baik lagi, hadapi dengan jiwa optimis, peluang masih terbuka lebar kalau memang kita mau dan tetap berusaha...

Friday, December 25, 2015

Reference Signal

LTE air interface memanfaatkan variasi reference signal untuk memfasilitasi coherent demodulation, channel estimation, channel quality measurement, dan timing synchronization. Pada dasarnya, ada tiga tipe reference signal (RS): 
  • Cell Specific Reference Signal (non-MBFSN)
  • MBFSN (MBMS over Single Frequency Network)
  • UE Specific Reference Signal

Cell Specific Reference Signal
Cell spesific reference signal diatur oleh dimensi waktu dan frekuensi. Jarak pada domain waktu antara reference signal menjadi faktor penting untuk channel estimation. Pada LTE terdapat 2 reference signal setiap slot. Jarak pada frekuensi domain juga menjadi faktor penting, karena hal ini berkaitan dengan coherent bandwidth dan delay spread pada channel. Pada LTE, reference signal berjarak 6 sub-carrier. 

Konfigurasi 1 Port Antena
Berikut ilustrasi lokasi referense signal untuk penggunaan 1 port antena atau single TX antenna, yang biasanya diimplementasikan untuk SISO (Single Input Single Output) pada sistem indoor building solution atau DAS (Design Antenna System) Indoor.

Gambar 1. Reference Signal 1 Port Antena

Pada kotak arah horizontal menunjukan domain waktu yaitu slot 0 dan slot 1 masing-masing 7 symbol OFDM. Sedangkan kotak arah vertikal menunjukan domain frekuensi yaitu 12 sub-carrier.

Posisi reference signal tergantung pada nilai Phycical Cell Identity (PCI) atau PCI offset. Selain itu tergantung juga pada parameter PCI modulo-nya. Sebagai contoh, diilustrasikan pada gambar berikut, dimana ada dua cell menggunakan PCI modulo 6, dengan PCI = 0 dan PCI = 8.


Gambar 2. Reference Signal PCI offset


Terlihat bahwa ketika PCI = 0 dan PCI Mod 6, posisi reference signal titik awalnya dari sub-carrier 0. Sedangkan ketika PCI = 8 dan PCI Mod 6, posisi reference signal titik awalnya dari sub-carrier 2. Untuk reference signal yang lain mengikuti sesuai ketentuan aturan jarak domain waktu dan frekuensi.

Konfigurasi 2 Port Antena
LTE didesain untuk beroperasi dengan multiple transmit antenna untuk MIMO (Multiple Input Multiple Output), atau transmit diversity. Konsep reference signal digunakan untuk menentukan perbedaan pola untuk multiple antenna port. Gambar berikut mengilustrasikan konsep lokasi referense signal pada dua antena atau dua TX antenna.

Gambar 3. Reference Signal 2 Port Antena

Terlihat bahwa, antara reference signal port 0 dengan port 1 tidak pernah sama penempatannya dalam satu waktu, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi interference. Hal ini yang dimungkinkan diimplentasikan pada konsep MIMO karena bisa mengalirkan data stream yang berbeda antara port 0 dan port 1 sehingga data yang dihantarkan menjadi dua kali lipat dalam satu waktu yang sama. MIMO biasanya digunakan pada site outdoor atau macro cell. Keuntungan menggunakan antena dua port ini seperti disinggung sebelumnya, akan meningkatkan kecepatan data dua kalinya dibandingkan dengan sistem SISO atau single antena.

Berikut contoh implementasi reference signal dengan 2 port antena (MIMO), dimana untuk site makro menggunakan PCI Mod 3.


Gambar 4. Implementasi Reference Signal VS PCI Mod

Gambar diatas menunjukan implementasi dengan dua port antena. Port-0 pada gambar ditunjukkan pada sebelah kiri, dan port-1 ada disebelah kanan.

Pada prinsipnya lokasi reference signal sektor-1 di posisi sub-carrier 0 (diperoleh dari PCI mod 3 =0), kemudian sektor-2 di posisi sub-carrier 1 (diperoleh dari PCI mod 3 =1), dan sektor-3 di posisi sub-carrier 2 (diperoleh dari PCI mod = 2)

MBFSN Reference Sgnal
Sistem LTE juga memiliki reference signal untuk MBFSN (Multicast Broadcast over Frequency Single Network), dimana multicast tersebut diperlukan untuk hal-hal tertentu. Jadi tidak mandatory, bisa digunakan, bisa juga tidak. Berikut ilustrasi lokasi MBFSN Reference Signal :

Gambar 5. MBFSN Reference Signal 


Saturday, December 19, 2015

LTE Quality of Service

Dalam rangka mendukung aplikasi real time dan non-real time sepeti voice dan multimedia, isu terkait radio access seperti delay dan jitter bisa menjadi meningkat jika aliran trafik tidak terkoordinasi. Modern packet switch kini memiliki "QoS aware" yang dapat diklasifikasikan, dijadwalkan, dan meneruskan trafik berdasarkan alamat tujuan, serta jenis media yang ditransportasikan. Gambar berikut mengilustrasikan konsep klasifikasi packet oleh eNB, dan penjadwalan packet oleh S-GW dan PDN-GW.


Gambar 1. QoS Packet Scheduling

Fungsi utama terkait dengan packet switch adalah:
  • packet classifier : fingsi menganalisa packet berdasarkan settingan filter pada packet, contoh mererima packet yang sudah sesuai.
  • packet scheduler : penjadwalan packet berdasarkan prioritas. Dalam melakukan berbagai macam metode, digunakan untuk memastikan latensi data yang rendah, contoh voice yang dijadwalkan seoptimal mungkin.

LTE Bearer
System LTE memanfaatkan konsep bearer. Dengan demikian bearer didefinisikan sebagai gabungan beberapa aliran IP yang berhubungan dengan satu service atau lebih. Gambar berikut mengilustrasikan terminologi LTE bearer :

Gambar 2. LTE Bearer

End to End Service adalah bearer antara UE sampai peer entity, seperti call server, web server, dan lain-lain. Ini didukung oleh EPS bearer ditambah bearer eksternal yang mendukung QoS melalui eksternal network, seperti SGi interface.

EPS bearer service adalah bearer antara UE sampai PDN-GW. Merupakan gabungan satu atau lebih Service Data Flow (SDF). QoS pada  EPS bearer diatur dan dikontrol oleh EPC atau E-UTRAN. Gambar berikut mengilustrasikan konsep Service Data Flow yang dimapping didalam EPS bearer yang sama.


Gambar 3. EPS bearer service

EPS bearer service terdiri dari dua bagian yaitu EPS Radio Bearer dan EPS Access Bearer. EPS Radio Bearer memfasilitasi transport pada trafik EPS bearer antara UE dan ENB. Untuk QoS diatur oleh ENB. EPS access bearer menyediakan transport antara S-GW/PDN-GW dan ENB.

Default dan Dedicated EPS Bearer
LTE memungkinkan UE beroperasi sebagai "always on" . Hal tersebut dicapai dengan membentuk default EPS bearer selama LTE attach pada proses. Default EPS bearer terkonfigurasi sebagai non-GBR (Guaranteed Bit Rate) dan membawa semua trafik yang tidak terkait dengan dedicated bearer. Berikut ilustrasinya:


Gambar 4. Default dan Dedicated Bearer

Dedicated EPS bearer membawa trafik untuk aliran IP yang telah teridentifikasi untuk meminta QoS yg spesifik. Klasifikasi ini dicapai dengan menggunakan TFT (Traffic Flow Template) pada PDN-GW dan UE. TFT seperti filter, untuk UE memanfaatkan setiap dedicated bearer yang dilewatkan pada UE di NAS ESM signalling.

Dedicated EPS bearer bisa dibentuk selama kondisi attach. Sebagai contoh pada permintaan service dengan kondisi "always on" dan QoS tinggi maka akan disediakan oleh dedicated bearer. Dedicated bearer bisa berupa GBR maupun non-GBR.


EPS QoS Parameter
EPS bearer bisa mendukung GBR maupun non-GBR. Berikut beberapa parameter yang digunakan untuk mengonrol dan mengidentifikasi QoS.

GBR QoS Information
Parameter GBR QoS Information menyediakan eNB informasi kecepatan data uplink maupun downlink. Terdiri dari:

  • E-RAB Maximum Downlink Bit Rate
  • E-RAB Maximum Uplink Bit Rate
  • E-RAB Guaranted Downlink Bit Rate
  • E-RAB Guarented Uplink Bit Rate

AMBR (Aggregate Maximum Bit Rate)
AMBR berlaku untuk keduanya yaitu subscriber maupun Access Point Name (APN) yang terkait ke pelanggan.
  • UE AMBR (User Equipment AMBR) : total bit rate yang dapat dialokasikan pada subscriber untuk semua service GBR.
  • APN AMBR (Access Point Name AMBR) : total bit rate yang dapat dialokasikan pada bagian service subscriber yang terkait pada APN tertentu.

QoS Class Indicator (QCI)
QCI menyediakan nilai spesifik parameter QoS yang mengontrol tingkat paket data. Tabel berikut menunjukan tipe QCI:


Tabel 1. Tipe QCI

Allocation and Retention Priority (ARP)
ARP mengindikasikan bearer terbentuk atau permintaan modifikasi dapat diterima. ARP dapat digunakan untuk mengindikasikan bearer yang drop ketika network congest. Parameter utamanya adalah Priority Level (0 - 15), nilai 15 berarti "no priority", sedangkan untuk 1 sampai dengan 14 menunjukan tingkat prioritasnya. Nilai 1 berarti prioritas tertinggi, sedangkan 14 adalah prioritas terendah. Untuk 0 tidak digunakan.


artikel lain:

Pengantar Teknologi 4G LTE 
Radio Interface LTE
Arsitektur LTE
OFDMA dan SC-FDMA
MIMO-Multiple Input Multiple Output
Physical Layer
MODULASI
Resource Block
LTE RF Measurement
Coverage Planning
Opsi Spektrum Untuk LTE
Kapabilitas User Equipment (UE)
Mobility LTE - Idle Mode
Mobility LTE - Dedicated Mode
Pengukuran Performansi LTE
Pengukuran Performansi LTE - Bagian 2
Pengukuran Performansi LTE - Bagian 3
Deployment Optimization Process
LTE Capacity Monitoring
LTE Capacity Monitoring - Bagian 2
Opini Tentang Teknologi 4G LTE
Perspektif Kemerdekaan pada Teknologi ICT
Physical Layer Part-2
4G LTE REVOLUSI DIGITAL
Reference Signal
Happy New Year, Happy 4G LTE


Friday, December 11, 2015

4G LTE REVOLUSI DIGITAL



Babak baru teknologi selular baru saja dimulai, orang nomor satu negeri ini baru saja meresmikan peluncuran jaringan mobile broadband 4G LTE secara nasional yang diselenggarakan oleh lima operator seluler. Ditandai dengan tulisan "Revolusi digital merevolusi ekonomi Indonesia" menegaskan kembali bahwa 4G LTE merepresentasikan revolusi digital yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada kemajuan perekonomian bangsa.

Tidak seperti pada teknologi pendahulunya, kali ini utk kehadiran 4G LTE dirasa spesial karena diresmikan langsung secara nasional. Mengingat sebelumnya ada event besar yaitu refarming frekuensi 1800 Mhz oleh semua operator. Hal tersebut memberikan nilai strategis sekaligus tantangan buat penyelenggara Teknologi 4G LTE untuk memberikan kontribusi lebih bagi kemajuan perekonomian. Dengan melihat potensi ekonomi yang ada pada penyelenggaraan 4G LTE, rasanya harus dihadapi dengan optimisme tinggi. 4G LTE memiliki keunggulan-keunggulan lebih yang tidak dimiliki teknologi sebelumnya. 

Revolusi digital harus memberikan solusi digital buat para pelaku usaha terutama UKM (Usaha Kecil Menengah). Saat ini ada sekitar 5,6 Juta UKM yang berpotensi masuk ke e-commerce dengan memanfaatkan solusi digital berupa aplikasi e-commerce yang tentunya didukung oleh kecepatan internet 4G LTE. Peluang ekonominya cukup besar yang diyakini bisa mendongkrak perekonomian. Bercermin pada negara-negara yang terlebih dahulu me-launching 4G LTE, mereka sudah merasakan keuntungan secara ekonomi, tidak usah jauh-jauh negara tetangga kita Malaysia dan Singapura telah merasakan manfaat secara ekonomi dengan hadirnya 4G LTE beberapa tahun yang lalu. Semoga hal yang sama bisa diraih oleh negeri ini dengan pemanfaatan sebaik-baiknya teknologi 4G LTE untuk kemajuan perekonomian bangsa, dengan dukungan semua pihak tentunya..


artikel lain:



Wednesday, December 9, 2015

Physical Layer Part-2

Kali ini akan membahas tentang LTE Physical Layer yang merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya. Adapun yang akan dibahas adalah Uu Interface dan Radio Interface Protocol.

Uu Interface
LTE Air Interface diidentifikasikan sebagai E-UTRA (Evolved-Universal Terresterial Radio Access) yang dapat mendukung berbagai opsi bandwidth dari 1.4 MHz sampai 20 MHz. Interface diidentifikasikan sebagai "Uu" yang mengandung arti "U" adalah User to Network, dan "u" berarti Universal


Gambar 1. Uu Interface

UE (User Equipment) memanfaatkan channel bandwidth berdasarkan konfigurasi pada eNB (Evolved Node B). eNB mampu mengimplementasikan multiple channel bandwidth untuk meningkatkan kapasitas.

Radio Interface Protocol
E-UTRA interface menyediakan konektivitas antara User Equipment (UE) dengan eNB. Secara logic terpisah antara User Plane dan Control Plane. Ada dua control plane yaitu yang pertama disediakan oleh RRC (Radio Resource Control) yang membawa signalling antara UE dengan eNB. Yang kedua disediakan oleh NAS (Non Access Stratum) yang membawa signalling dari UE ke MME (Mobility Management Entity). Sedangkan untuk User Plane fokus pada pengiriman packet data dari UE ke S-GW (Serving Gateway) dan PDN-G (Packet Data Network Gateway).


Gambar 2. User Plane dan Control Plane

Berikut adalah protokol User Plane dan Control Plane dimana memiliki kesamaan di lower layer. Keduanya sama-sama menggunakan PDCP (Packet Data Convergence Protocol), RLC (Radio Link Control), MAC (Medium Access Control, dan Physical.

Gambar 3. User dan Control Plane Protocol

Untuk NAS signalling meggunakan service dari RRC yang kemudian dimapping kedalam PDCP. Begitu juga untuk packet data pada User Plane, dimapping juga kedalam PDCP.

Radio Resource Control (RRC)
RRC merupakan air interface control protocol yang utama. RRC message dikirim antara UE dan eNB menggunakan service dari PDCP, RLC, MAC, dan PHY. RRC menangani semua signalling antara UE dan E-UTRAN, dengan signalling antara UE dan Core Network

Gambar 4. Fungsi RRC

Packet Data Convergence Protocol (PDCP)
LTE mengimplementasikan PDCP pada User Plane dan Control Plane. Tidak seperti pada UMTS, dimana PDCP hanya ada pada User Plane. Alasan utama PDCP tetap ada pada LTE adalah karena security dan integrity. Pada Control Plane, PDCP menfasilitasi encrypsy dan integrity checking pada signalling message RRC dan NAS.


Gambar 5. Fungsi PDCP

Radio Link Control (RLC)
RLC protocol ada pada UE dan eNB. Sesuai dengan namanya, menunjukan kalau RLC menyediakan "Radio Link" Control. RLC . Pada dasarnya RLC mendukung tiga delivery service ke layer yang lebih tinggi, yaitu:
  • TM (Transparent Mode)-Ini memanfaatkan beberapa interface channel, seperti broadcast dan paging. Kemudian menyediakan juga connectionless services untuk signalling
  • UM (Unknowledge Mode)-Ini seperti TM menyediakan connectionless service, namun memiliki tambahan fitur sequencing, segmentation, dan concatenation.
  • AM (Acknowledge Mode)-Ini menawarkan sebuah layanan ARQ (Automatic Repeat Request), seperti retransmission.

Gambar 6. Fungsi RLC


Medium Access Control (MAC)
MAC menyediakan interface antara EUTRA protocol dan EUTRA Physical layer. Berikut detailnya:
  • Mapping-MAC memaping informasi yang diterima pada LTE Logical Channel ke dalam LTE Transport Channel.
  • Multiplexing-Informasi yang disediakan ke MAC berasal dari Radio Bearer atau multiple Radio Bearer. MAC layer dapat memultiplex bearer yang berbeda kedalam Transport Block (TB) yang sama, sehingga meningkatkan efisiensi.
  • HARQ (Hybrid Automatic Repeat Request) - MAC memanfaatkan HARQ untuk menyediakan error correction service. HARQ merupakan fitur yg membutuhkan MAC dan Physical Layer bekerja sama.
  • Radio Resource Allocation - QOS (Quality of Service) berdasarkan penjadwalan traffic dan signalling pada pengguna disediakan oleh MAC.

Gambar 7. Fungsi MAC


Physical
PHY pada LTE menyediakan channel baru ataupun flexible channel. Berikut ilustrasi dari fungsi dari Physical Layaer.



Gambar 8, Fungsi PHY

Monday, August 17, 2015

Perspektif Kemerdekaan pada Teknologi ICT





"Tujuh belas agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita..." itulah sepenggal lagu hari kemerdekaan Indonesia, dimana tepat pada hari ini seluruh anak bangsa merayakannya dengan penuh sukacita terlepas dari persoalan yang membelit negeri ini.

Merdekaa..merdekaaa...kata merdeka jika diartikan secara awam adalah lepas dari cengkraman, atau lepas dari kekuasaan asing, atau tidak lagi dibawah perintah asing. Benarkah kita sudah benar-benar merdeka??  Pada perspektif Teknologi, khususnya teknologi yang berbasis ICT (Information and Communication Technology) banyak sekali pekerjaan rumah negeri ini.  Anak bangsa ini masih berjuang keras menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan segala tantangan dan keterbatasan yg ada, baik yang faktor internal maupun eksternal.

Tidak ada yang tidak mungkin, jikalau kita terus berusaha diiringi dengan do'a yang tulus, disertai dukungan penuh penentu kebijakan negeri ini dan dukungan seluruh masyarakat, maka hanya tinggal menunggu waktu saja kita akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. 

Teknologi ICT negeri ini memiliki sejarah panjang, dimulai era tahun 80-an ketika keterbukaan informasi mulai dirasakan. Puncaknya pada era 90-an, dimana ketika internet mulai diperkenalkan, sekaligus menandai era revolusi digital. Kemudian dilanjutkan pada akhir 90-an sampai awal 2000-an diperkenalkannya telephone genggam atau mobile phone dimana telah terjadi perubahan yang drastis dimana mobilitas menjadi pembeda dengan teknologi sebelumnya, meskipun hanya  sebatas komunikasi dan sms saja. Selanjutnya hingga kini kita semua maklum, telepon genggam telah berevolusi menjadi smartphone yang mampu sekaligus berfungsi sebagai piranti multimedia seperti camera, organizer, radio, GPS, televisi, dan internet. Era inilah orang menyebut sebagai era konvergensi, yaitu ketika layanan informasi, telekomunikasi, dan penyiaran telah menjadi satu,dimana anatar satu dengan yang lainnya sudah semakin abu-abu batas-batasnya. Semuanya telah melebur menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. 

Kebutuhan akan infrastruktur berupa penyediaan jaringan internet berkecepatan tinggi atau sering disebut broadband semakin dibutuhkan, terlebih jaringan yang bersifat mobile seperti teknologi selular. Era broadband telah digaungkan sebelumnya sejak system 3G diperkenalkan, namun karena tuntutan ekspektasi kecepatan akses data dan kebutuhan akan data yang semakin tinggi, maka 4G adalah jawaban untuk hal tersebut. LTE lahir sebagai representasi teknologi selular generasi ke-4 yang menawarkan berbagai kelebihan dibanding generasi sebelumnya. Namun bukan ini permasalahannya, yang jadi pertanyaan adalah seberapa jauh pemanfaatannya kelak untuk kepentingan masyarakat banyak. 

Dalam sebuah literatur disebutkan bahwa utnuk menjadi negara besar, salah satu syaratnya adalah harus menguasai teknologi ICT. Menguasai bisa diartikan memonopoli dengan memproduksi perangkat keras maupun lunak untuk digunakan pada suatu perusahaan di negara lain. Hal ini mungkin lumrah, seperti produk-produk lain seperti otomotif juga telah berpuluh-puluh tahun "dikuasai" asing, yang mengakibatkan ketergantungan yang amat sangat terhadap produk  maupun suku cadang. Setali tiga uang dengan nasib ICT kita dimana market telah dibanjiri puluhan, bahkan ratusan produk asing. Tidak salah kalau dikatakan saat ini nasib ICT kita masih "dikuasai" asing. So, itu dari sisi produk yg notabene ranahnya manufaktur, masih dimaklumi seperti produk-produk lain yang mayoritas produk asing mendominasi di pasaran. Yang perlu dicermati adalah kekuatan asing pada pengelolaan sumberdaya ICT, dalam hal ini campur tangan asing atau keterlibatan asing pada perusahaan-perusahaan operator ICT negeri ini. Mengingat kebutuhan akan ICT merupakan hajat hidup orang banyak sehingga jangan sampai nilai komersialnya lebih dominan. Komersialisasi merupakan hal yang wajar karena untuk kelangsungan roda perusahaan, namun komersialisasi yang diluar batas akan menggerus kemerdekaan masyarakat akan penggunaan pemanfaatan teknologi ICT. Hak untuk mendapatkan akses informasi dan telekomunikasi yang prima dan terjangkau merupakan hak asasi setiap masyarakat. Masyarakat jangan "dijajah" dengan persaingan yang tidak sehat antar operator yang ujung-ujungnya mengorbankan kualitas layanan sehingga masyarakat menjadi korban. Disinilah peran pemerintah sebagai regulator diuji keberpihakannya apakah pro-korporasi atau pro-rakyat. 

Sebagai penutup, bahwa secanggih apapun teknologi yang digunakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Bagi masyarakat ICT, merdeka itu adalah mudah akses dan terjangkau. Dirgahayu ke-70 negeri-ku, semoga tetap jaya..