Saturday, July 25, 2015

LTE Capacity Monitoring - Bagian 2

Berikut adalah penjelasan detail tentang resources pada ERAN, dimana untuk counter dan monitoring method menggunakan contoh salah satu vendor. Secara konsep kapasitas, semua vendor sama, hanya penamaan saja yang berbeda.

ENodeB Resources:


Tabel 1. Connected User License


Tabel 2. Traffic Volume License

Tabel 3. Paging Resource



Tabel 4. Main Control Board CPU


Tabel 5. LBBP CPU


Tabel 6. Transport Resource Group


Tabel 7. Ethernet Resource

Cell Resources:

Tabel 8. Physical random access channel (PRACH) resource


Tabel 9. Synchronized user capacity


Tabel 10. PRACH resource


Tabel 11. PDCCH resource

Friday, July 24, 2015

LTE Capacity Monitoring

Pertumbuhan trafik pada jaringan selular membutuhkan lebih banyak lagi resources untuk menjamin kapasitas yang lebih baik. Jika tidak, akan mempengaruhi user experience. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan monitoring kapasitas secara terus-menerus sehingga bisa diantisipasi sedini mungkin sekiranya diperlukan optimasi, konfigurasi ulang atau penambahan resources.

Kali ini, akan dibahas mengenai monitoring pada sisi Radio atau ERAN Resources. Monitoring pada ERAN sebenarnya memonitor, serta mengidentifikasi resources pada ENodeB termasuk resources pada sel-nya. Berikut ERAN Resources yang terdiri dari EnodeB resources dan Cell Resources:


Gambar 1. ENodeB Resources


EnodeB Resources terdiri dari:
  • Connected User Licence, yaitu jumlah maksimum user yang diijinkan pada RRC_Connected mode. Jika terlalu banyak user yang terhubung akan menyebabkan tidak bisa terlayani dengan baik.
  • Traffic Volume Licence, yaitu EnodeB akan melakukan kontrol pada aliran trafik, ketika volume trafik mencapai atau melebihi volume yang diijinkan. Hal tersebut akan mempengaruhi user experience.
  • Paging Resources, yaitu EnodeB mampu memproses maksimum 500 sampai dengan 750 paging per detik. Jika jumlah paging dari ENodeB ke UE melebihi jumlah tersebut maka akan di discard sehingga akan menyebabkan penurunan tingkat pelayanan panggilan.
  • Main Control Board CPU, yaitu tingkat penggunaan CPU pada ENodeB, seiring dengan banyaknya volume trafik maupun paging.
  • LBBP CPU, yaitu tingkat penggunaan CPU pada LBBP dalam memproses user plane seiring dengan banyaknya volume trafik maupun paging. 
  • Transport Resource Group, yaitu bagian dari ERAN yang berfungsi mengirimkan aliran data ke ke atau dari user plane, control plane, operation & maintenance (OM), dan IP clock data.
  • Ethernet Port, yaitu kanal trafik pada physical layer baik uplink maupun downlink. Kapasitas ethernet port akan mempengaruhi kualitas throughput data pada ENodeB.


Gambar 2. Cell Resources


Cell Resources terdiri dari:
  • Physical Resources Block (PRB), yaitu seberapa besar kapasitas PRB seiring pertumbuhan trafik yang akan meningkatkan penggunaan PRB. Ketikan penggunaan PRB mendekati 100%, tingkat penggunaan dirasakan akan berkurang. Hal tersebut membutuhkan penambahan resources PRB.
  • Synchrounized user capacity, yaitu ketikan jumlah user disinkronkan dalam sel mencapai atau melebihi threshold, maka akan impact kepada service.
  • PRACH resource, yaitu PRACH mengirimkan preamble selama prosedur random akses, jika pendudukan random akses melebihi jumlah N maka kemungkinan terjadi konflik dan delay akan meningkat. Untuk nilai N ditentukan saat desain preamble.
  • PDCCH resource, yaitu indikator kapasitas yang mengukur jumlah control channel element (CCE) yang digunakan oleh PDCCH. pada masing-masing radio frame, CCE harus dialokasikan untuk uplink dan downlink UE untuk dijadwalkan dan sebagai common control signalling. PDCCH CCE harus dikonfigurasi dengan benar dan dialokasikan untuk meminimalkan overhead pada donwlink control, serta untuk memastikan throughput yang memuaskan pada user plane.

Artikel lain: 


    Monday, July 6, 2015

    Deployment Optimization Process

    Gambar 1. Deployment Optimization process

    Gambar di atas menunjukan proses secara umum mulai dari deployment network sampai komersial. Setelah itu, dilanjutkan dengan optimisasi lanjutan untuk menyesuaikan dengan kondisi network dan perubahan pola trafik serta user experience.

    Selama fase perencanaan network, sebagian besar upaya difokuskan pada penentuan lokasi site dan memodifkasi konfigurasi untuk memenuhi tujuan network yang telah ditentukan dalam perencanaan desain.

    Optimisasi awal dimulai setelah network melewati tahapan verifikasi coverage dan kapasitas, kemudian dilanjut dengan pembangunan network sampai on air atau fase deploy pilot phase. Optimisasi berlanjut diantaranya perubahan parameter maupun physical dilakukan untuk memastikan setting KPI RF dan service tercapai sebelum network dikomersilkan.

    Kemudian setelah network dikomersilkan, tantangan lainnya adalah menjaga kualitas service yaitu dengan fase Continous Optimization Process. Beikut adalah gambaran prosesnya:

    Gambar 2. Continous Optimization Process

    Gambar diatas menjelaskan area optimisasi yg bisa di assess utk dimodifikasi atau menambahkan fitur-fitur baru untuk meningkatkan performansi. Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan profiling device dan user behavior di network, karena pola traffic maupun distribusi user bisa jadi berbeda saat network sudah service dengan ketika masih prediksi di planning.

    User behavior bisa diamati dari berbagai counter statistik measurement, misal dengan mengamati pola trafik, data user, dan signalling di suatu cluster atau sel tertentu. Atau kita bisa amati sisi kualitas, misal pola call completion success rate, drop rate, voice quality dan sebagainya. Dari hasil pengamatan pola-pola tersebut, kita bisa melakukan modifikasi parameter atau penambahan resources agar network service bisa tetap terjaga.

    Untuk profiling device, bertujuan utnuk mengamati sebaran penggunaan device dalam suatu network, cluster, atau sel tertentu. Dengan mengetahui profile dari device tersebut, kita bisa melakukan optimasi dengn menyesuaikan parameter terkait profil device tersebut. Misal, dalam suatu cluster terdapat dominasi device tertentu yg memiliki RX sensivitas sangat rendah, sehingga penerimaannya sangat kurang yg mengakibatkan poor coverage. Dari situ, kita bisa modifikasi parameter atau physical changing hardware agar device tersebut bisa menerima receive signal dari EnodeB lebih baik.

    Berikut detail profiling device yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan analisa untuk optimasi network:

    Gambar 3. Profiling Device